Menguat 1,6%, Rupiah Jadi Juara Asia Sepekan Ini!

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat sepanjang pekan lalu. Tidak hanya sekedar menguat, mata uang tanah air menjadi yang paling perkasa di Asia. Sepanjang pekan lalu, rupiah menguat 1,62% terhadap dolar AS secara point-to-point. Rupiah pun mencapai posisi terkuat sejak akhir Juni 2018. | Investasi MIA - FintechFX

Menguat 1,6%, Rupiah Jadi Juara Asia Sepekan Ini!
Menguat 1,6%, Rupiah Jadi Juara Asia Sepekan Ini!
Mayoritas mata uang Benua Kuning pun sebenarnya mampu perkasa di hadapan greenback. Namun, penguatannya masih di bawah rupiah, misalnya rupee India (+1,43%), won Korea Selatan (+1,15%), ringgit Malaysia (+0,24%), baht Thailand (+0,33%), dolar Taiwan (+0,28%), dan dolar Singapura (+0,23%).

Adapun, mata uang yuan China dan yen Jepang malah melemah terhadap dolar AS di sepanjang pekan lalu, masing-masing sebesar 0,12% dan 0,46%.

Faktor utama yang mendukung penguatan mata uang Asia adalah pernyataan dovish dari Gubernur The Federal Reserve/The Fed Jerome Powell bahwa suku bunga acuan sudah mendekati posisi netral, yang artinya tidak lagi bisa digunakan untuk meredam atau mempercepat pertumbuhan ekonomi.

"Suku bunga acuan masih rendah berdasarkan standar historis, dan berada sedikit di bawah rentang estimasi yang netral," ucap Powell, mengutip Reuters.

Aura dovish kembali dikonfirmasi oleh rilis notulensi rapat (minutes of meeting) The Fed edisi November 2018. Para peserta rapat semakin menggarisbawahi bahwa ada risiko yang menghantui perekonomian AS.

"Ada pertanda perlambatan di sektor-sektor yang sensitif terhadap suku bunga," sebut notulensi itu.

Kemudian, para peserta rapat juga menekankan pentingnya berkaca kepada data (data dependent) dalam pengambilan keputusan.

"Para peserta menyiratkan bahwa sepertinya dalam rapat-rapat ke depan perlu ada perubahan bahasa penyampaian, di mana ada kalimat yang menyatakan pentingnya evaluasi terhadap berbagai data dalam menentukan arah kebijakan. Perubahan ini akan membantu memandu Komite dalam situasi perekonomian yang dinamis," tulis notulensi tersebut.

Dengan perkembangan ini, The Fed mungkin akan mengurangi kadar kenaikan suku bunga acuan. Sebagai informasi, The Fed memproyeksikan akan ada sekali lagi kenaikan suku bunga acuan pada tahun ini, yakni pada bulan Desember. Untuk tahun depan, normalisasi diproyeksikan sebanyak tiga kali.

Kala perang dagang dengan China masih berkecamuk dan saat data ekonomi sudah memberikan sinyal perlambatan, normalisasi yang tak kelewat agresif memang merupakan pilihan terbaik bagi perekonomian AS dan dunia. | MIA

Di sisi lain, memudarnya prospek kenaikan suku bunga acuan Negeri Paman Sam justru jadi musibah bagi greenback. Dengan stance Powell yang tidak lagi hawkish, dolar AS kehilangan karisma dan mengalami tekanan jual. Hal ini lantas membuat mata uang Asia mendapatkan kekuatan untuk menguat, termasuk rupiah.