Gara-Gara Perang Dagang & Brexit, Bursa Saham Asia Melemah

Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia menutup pekan ini di zona merah: indeks Shanghai anjlok 2,49%, indeks Hang Seng turun 0,35%, dan indeks Kospi turun 0,6%.

Gara-Gara Perang Dagang & Brexit, Bursa Saham Asia Melemah
Gara-Gara Perang Dagang & Brexit, Bursa Saham Asia Melemah
Sentimen negatif berupa perang dagang AS-China yang kian panas membuat Investor melepas instrumen berisiko seperti saham. Pada hari Selasa (20/11/2018), United States Trade Representative (USTR) mengatakan bahwa China telah gagal untuk mengubah praktik-praktik tidak adil di bidang kekayaan intelektual dan transfer teknologi yang menjadi salah satu alasan AS membebankan bea masuk baru bagi importasi produk-produk asal China.

"Tinjauan baru ini menunjukkan bahwa China belum secara fundamental merubah praktik-praktik yang tidak adil, tidak beralasan, dan menganggu keseimbangan pasar yang merupakan inti dari laporan pada Maret 2018 mengenai investigasi "Section 301"." Tulis USTR dalam pernyataannya.

China pun kini dibuat berang oleh pernyataan tersebut. Gao Feng, Juru Bicara Kementerian Perdagangan China, menegaskan bahwa tuduhan AS sama sekali tidak berdasar. 

"AS membuat tuduhan baru yang tak berdasar kepada China. Kami sangat tidak bisa menerimanya. Kami harap AS mencabut kata-kata dan perilaku yang menghancurkan hubungan bilateral kedua negara," sebut Gao dalam jumpa pers di Beijing, dilansir Reuters.

Bila AS melakukan tindakan atas tuduhannya, Gao mengatakan China akan tetap menjaga kepentingannya. Menurutnya, tindakan AS selanjutnya bisa saja semakin merusak tata cara perdagangan dunia

"China akan mencermati langkah yang mungkin akan ditempuh AS. China siap melakukan langkah yang diperkukan untuk menjaga kedaulatan dan kepentingan negara," tegas Gao.

Kian panasnya hubungan kedua negara terjadi di saat yang kurang tepat. Pasalnya, Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping dijadwalkan bertemu di sela-sela KTT G-20 pada akhir bulan ini.

Besar kemungkinan, pertemuan itu tak bisa menyelesaikan perang dagang yang selama ini tengah berkecamuk.

Selain itu, ada kabar buruk seputar proses perceraian Inggris dan Uni Eropa (Brexit). Mantan Menteri Brexit Dominic Raab memproyeksikan bahwa draf Brexit yang disepakati dengan Uni Eropa beberapa waktu yang lalu akan ditolak oleh Parlemen. 

Raab, yang mengundurkan diri pada 15 November lalu karena ketidaksetujuannya terhadap draf Brexit, mengatakan bahwa pada titik tersebut (penolakan draf Brexit oleh Parlemen), opsi-opsi alternatif termasuk "No Deal exit" akan dipertimbangkan. | Investasi MIA - FintechFX